Rabu, 02 Desember 2009

Boys Before Flowers : Bilamana Demam Meteor Garden versi Korea Melanda Indonesia? Para penggemar drama Asia di Indonesia dapat dipastikan telah mengenal serial drama populer asal Taiwan, apalagi kalau bukan “Meteor Garden”. Masih segar ingatan kita bahwa serial drama tersebut yang menyuguhkan kisah cinta seorang gadis miskin bernama San Chai (Barbie Hsu) dengan Dao Ming She (Jerry Yan). Lika-liku kisah San Chai dengan Dao Ming She yang harus melalui jalan terjal ternyata mampu membuat fenomena menggemparkan di Indonesia karena tidak terduga mampu membuat euforia drama Asia di kalangan pemirsa televisi Indonesia. Serial drama Meteor Garden yang ditayangkan di Indosiar pada tahun 2002 itu datang pada saat tepat karena saat itu para pemirsa televisi Indonesia sudah mulai jenuh disuguhi tayangan drama luar negeri dari belahan dunia Barat seperti halnya telenovela. Ditambah pula saat itu di SCTV sedang gencar-gencarnya trailer sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta? (diperankan Leony, Indra L. Bruggmann, Roger Danuarta, Ijonk, Steve Emmanuel produksi Prima Entertainment yang kala itu milik Pak Leo Sutanto, sekarang bos SinemArt) yang mana Indosiar telah mencuri start duluan menayangkan MG dan kebetulan pemirsa yang menyaksikan Indosiar pada Senin pkl. 22.00 merasa ada kemiripan cerita dan karakter diantara keduanya. Timbullah rasa penasaran dan saling ngobrol sana-sini sehingga jumlah penonton Serial Meteor Garden bertambah, rating tinggi walau tak dipasang di primetime.
Para pemirsa Indonesia terutama para kaum muda yang sebenarnya sudah lama menikmati produk-produk sinema Asia di Indosiar seperti serial kungfu atau film aksi laga Hong Kong dan Jepang namun seperti baru menemukan oase dari kedahagaan akan tayangan drama Asia yang menyajikan kisah cinta romantis, persahabatan dan perjuangan meraih cita-cita di kota metropolitan Asia. Selain kisah yang mengena di hati, juga karena dari sisi budaya yang disuguhkan drama Asia tersebut lebih dekat dengan budaya Indonesia jika dibandingkan dengan budaya modernitas dan kemajuan teknologi secara masif melalui produk tayangan dunia Barat sehingga lebih mudah diterima. Selain itu, fenomena baru ini juga memperlihatkan bahwa pemirsa televisi Indonesia lebih mudah merasakan pengalaman atas misalnya bagaimana modernitas dan ide kemajuan itu dirasakan sendiri oleh orang Asia, baik melalui cerita orang Asia yang tinggal di negeri-negeri Barat atau mereka yang tinggal di negara-negara Asia yang lebih maju. Dengan kata lain, Asia yang mengkonsumsi Asia sendiri.

Seperti yang dikatakan oleh Rob Wilson dalam bukunya “Korean cinema on the road to globalization: tracking global/local dynamics, or why I’m Kwon-Taek is not Ang Lee” pada tahun 2001 bahwa Asia adalah juga pengirim pesan kebudayaan (a sending culture), yang dalam kasus ini lebih diperhatikan daripada Amerika Serikat atau negara Barat lain.

Nah, pada saat televisi-televisi lain di Indonesia lebih sibuk berlomba-lomba menyajikan tayangan dari dunia Barat, Indosiar telah membaca arah perubahan selera pemirsa Indonesia terutama di kalangan kaum muda. Tidak heran jika serial Meteor Garden di Indosiar pun meledak dan kemudian disusul dengan serial drama dari Korea Selatan yaitu “Endless Love” yang dibintangi Song Hye Kyo dan Song Seung Hun pada tahun sama.

Tayangan drama Korea yang mengharubiru hati tersebut di Indosiar itu menimbulkan fenomena tersendiri karena mampu membuat para pemirsa Indonesia menjadi gandrung akan segala hal yang berbau Korea, tidak hanya serial drama saja, juga film-film Korea dan para bintang Korea Selatan yang sebelumnya masih asing, mendadak banyak dikenal dan disukai di Indonesia.

Melihat kesuksesan tayangan drama Asia seperti yang disebutkan di atas, Indosiar kemudian menyajikan banyak drama populer tidak hanya dari Taiwan dan Korea namun juga drama dari Jepang, yang populer dengan istilah dorama. Masih ingatkah Anda dengan dorama Jepang “Beautiful Life” yang dibintangi Takuya Kimura dan Takako Tokiwa di Indosiar pada tahun 2004.

Dengan banyaknya tayangan drama Asia oleh Indosiar sejak tahun 2002 itu itulah yang membuat pemirsa Indonesia begitu fasih membicarakan tentang Song Hye Kyo, Bae Young Jun, Kwon Sang Woo, Takuya Kimura, Kyoko Fukada, Barbie Hsu, F4, Rainie Yang, dan banyak lagi. Terlebih lagi popularitas drama Asia pun terdorong mengekornya para stasiun televisi lain untuk mengikuti jejak Indosiar dalam menayangkan serial drama Asia di layar kaca Indonesia.

Euforia drama Asia di Indonesia juga mendorong para penggemarnya ingin lebih jauh mengetahui segala hal tentang drama tersebut dan juga para artisnya. Tidak heran jika sejak popularitas Meteor Garden meledak, muncul banyak majalah atau tabloid hiburan yang memfokuskan pada seluk beluk drama Asia maupun para bintangnya.

Dalam hal ini, Indosiar patut berbangga karena mampu menjadi ‘trendsetter’ genre drama Asia di tidak hanya di layar kaca Indonesia, namun juga mampu membuat pemirsa drama Asia ingin mengetahui lebih jauh tentang drama tersebut beserta artisnya dalam berbagai bentuk media massa termasuk Internet.

Tidak hanya itu, Indosiar juga menfasilitasi kedatangan para artis drama Asia untuk berjumpa dengan para penggemarnya seperti F4 dan Barbie Hsu, Kwon Sang Woo, Rain dan banyak lainnya sehingga fenomena drama Asia tetap bertahan hingga sekarang. Pada akhir tahun 2005, Indosiar kembali membuat terobosan cukup berani karena menayangkan serial drama Asia dari Korea yang bertema sejarah, bukan drama bertema percintaan seperti biasanya. Apalagi kalau bukan serial “Jewel in The Palace”.

Pada awalnya serial drama sejarah berseting pada masa Dinasti Joseon awal abad ke-16 di Korea yang dibintangi Lee Young Ae tersebut diragukan mampu merebut hati pemirsa Indonesia karena temanya lebih “berat”, namun ternyata mampu meledak di pasaran.

Fenomena tersebut menyadarkan kita bahwa penggemar drama Asia tidak hanya suka mengkonsumsi kisah-kisah cinta belaka namun juga bisa menikmati kisah bertema lain seperti perjuangan seorang wanita bernama Jang Geum (Lee Young Ae) dari seorang koki Istana menjadi seorang tabib (dokter) yang pertama di kerajaan dinasti Joseon tersebut.

Kisah tersebut yang membawa pesan moral, sifat tidak putus asa, kebangkitan perempuan, kesederhanaan dan etika itu ternyata bisa disukai pemirsa layar kaca Indosiar, tidak hanya kaum wanita, namun juga hampir semua kalangan tidak peduli pria-wanita, tua-muda, miskin-kaya, ganteng-jelek.
Nama lengkap : Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro
Nickname : Ronnie, CR, Rocket Ronaldo, CR7, C. Ronaldo
Tanggal lahir : 5 Februari 1985 (umur 23)
Tempat lahir : Funchal, Madeira, Portugal
Tinggi : 1.84 m (6 ft 0 in)
Nomor punggung : 7
Posisi : Sayap kanan, sayap kiri, Penyerang
Klub:
1999 – 2003 Sporting Lisbon 31 main (5) gol
2003 – 2004 Manchester United 40 main (6) gol
2004 – 2005 Manchester United 50 main (9) gol
2005 – 2006 Manchester United 47 main (12) gol
2006 – 2007 Manchester United 53 main (23) gol
2007 – 2008 Manchester United 33 main (30) gol
Total 254 main (85) gol
Timnas : 2003 – sekarang Portugal 54 main (20) gol

Ronaldo Lahir di Madeira, Portugal, anak dari Maria Dolores dos Santos Aveiro dan José Dinis Aveiro. Dia memiliki kakak laki-laki bernama Hugo, dan dua kakak perempuan, Elma dan Liliana Cátia. Liliana Bekerja sebagai penyanyi dengan nama panggung “Ronalda” di Portugal. Nama kedua yang diberikan kepada Cristiano (”Ronaldo”) relatif langka di Portugal.


Cristiano sejak kecil merupakan kesayangan keluarganya, dia selalu mendapat dukungan dari keluarganya dalam segala hal. Dia dikenal anak yang selalu ingin menang. Di sekolahnya dia menggemari sepak bola, dia selalu punya akal agar dapat bermain bola. Jika dia tidak menemukan bola, maka ia akan membuat bola dari gulungan kaos kaki teman-temannya.

Nominal gajinya di klub profesional pertamanya, Sporting Lisbon tidak ada apa – apanya sebelum pindah ke Inggris. Kini ia mampu menghasilkan 100 kali lipat gaji di Sporting Lisbon dalam satu pekan karena gajinya di Old Trafford mencapai 40 ribu euro (Rp 470 juta).

Dari itu saja level kehidupan Ronaldo sudah meningkat dratis, padahal secara karir ia baru lahir ke dunia sepakbola selama tiga setengah tahun. Kalau tidak digaet MU pada musim panas 2003, mungkin saja nasib pria setinggi 184 cm ini tidak seperti sekarang.

Ronaldo muda adalah seorang pelari yang sangat cepat, pemilik kaki nan gesit, yang mampu mengaduk-aduk bola sampai bikin pusing lawan-lawannya. Tapi Ronaldo muda juga begitu narcis, serakah, dan egois. Kalau sudah keasyikan, ia suka lupa pada rekan-rekan setimnya.

Namun Ronaldo juga bisa belajar, baik dari bertambahnya usia, pengalaman, dan didikan Fergie. Ronaldo yang sekarang adalah Ronaldo yang sudah lebih tahu bagaimana bermain untuk tim. Yang tidak berbeda adalah Ronaldo yang sekarang tetaplah pelari yang sangat cepat, pemilik kaki nan gesit, empunya gocekan-gocekan hebat.

Suksesnya di dalam stadion juga telah merambah ke luar lapangan. Dengan wajah ganteng dan bodi yang seksi, lelaki bernama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro itu mulai digila-gilai orang di seluruh dunia — lebih-lebih kaum hawa. Karena sudah jadi milik publik, kerap mengikuti acara-acara publik, dan sering dipublikasikan media, maka status selebritis sudah disandang Ronaldo.

Teman-teman dan ruang lingkup pergaulannya pun makin dekat dengan dunia entertainment. Gosip kedekatan Ronaldo dengan beberapa aktris terus jadi santapan empuk tabloid-tabloid kuning. Ia pernah menjalin hubungan khusus dengan presenter TV Spanyol Merche Romero, lalu model bernama Jordana Jardel. Belakangan ia sedang diisukan dekat dengan bintang TV Inggris Gemma Atkinson, serta “mengincar” artis-artis “bening” lain seperti Roxanne McKee, Bryony Seth, Georgina Walkter, dan Ali Bastian.

Begitulah. Kehidupan Ronaldo — namanya diambil dari eks Presiden AS Ronald Reagen, karena sang ayah mengidolakannya sebagai aktor, bukan politisi — terus bergulir seiring dengan waktu, yang akan membawanya entah ke mana suatu hari nanti. Mungkin di akhir musim ia menjadi seperti yang diprediksikan legenda MU Bryan Robson sewaktu bertandang ke Jakarta belum lama ini, bahwa ia berpeluang meraih predikat Player of the Year. Atau lebih hebat lagi seperti ramalan Alex Ferguson, bahwa Ronaldo bisa menjadi pemain terbaik dunia.




Sinopsis

Twilight meruapakan kisah romantis modern antara seorang gadis dan vampire.

Bella Swan (Kristen Stewart) berbeda dengan gadis lainnya, tidak pernah bergaul dengan teman sekolahnya di SMA Phoenix. Saat ibunya menikah lagi dan mengirim Bella untuk tinggal bersama Ayahnya di kota kecil Forks, Washington, ia tidak berharap banyak perubahan dalam dirinya. Ketika ia bertemu dengan Edward Cullen (Robert Pattison) yang misterius dan tampan, Edward bukanlah pria yangbiasa ia temui. Edward adalah vampire namun ia tidak memiliki taring dan ia beserta keluarganya memilih untuk tidak mengisap darah manusia.

Mereka berdua menjadi sepasang kekasih. Bagi Edward – Bella adalah gadia yang ia tunggu selama 90 tahun – sebagai belahan jiwanya. Namun semakin dekat hubungan mereka – semakin berat usaha Edward untuk mengontrol dirinya. Apa yang akan dilakukan oleh Edward dan Bella saat sekelompok vampir baru lainnya - James (Cam Gigandet), Laurent (Edi Gathegi) dan Victoria (Rachelle Lafevre) – hadir dan mengancam hidup mereka?.